Tak semudah seperti membalikkan telapak tangan untuk mencapai hubungan harmonis keluarga antara suami dan istri. Jangankan yang baru menikah satu atau dua tahun, bahkan yang sudah puluhan tahun juga tidak menutup kemungkinan akan sulit mencapai judul di atas. Intinya butuh ilmu yang kuat, baru anda akan menjadi hubungan keluarga harmonis. Tapi ingat, dari point ilmu  tersebut akan memiliki beberapa akar yang berantai. Nah akar-akar inilah yang sulit untuk anda jalankan.

Oke saya jabarkan. Akar-akar tersebut berisi dari sub-sub ilmu di antaranya:

  1. Kesabaran. Ingat brooo sabar bukanlah batas daripada perkara, tapi sabar tidak ada batasnya. Apapun masalah yang terjadi baik itu manis pahit kecil maupun besar dari luar maupun dari dalam, tetap dinginkan hati Anda. Meskipun pasangan anda emosinya tidak terkendali. Karena kalau anda ikut-ikutan emosi, makan runtuhlah keluarga anda hanya dengan hal kecil emosi tersebut. Kesabaran itu hanya hal kecil saja, tapi akan sulit untuk dijalankan karena butuh perjuangan butuh penjagaan diri anda.
  2. Buat kesepakatan. Sepakat dalam marah, sepakat dalam menasehati, sepakat dari keperluan keluarga, pokoknya buat kesepatan dalam hal-hal yang berkaitan dengan keluarga anda. Kalau sudah ada kesepakatan, jadi mempermudah untuk minta pertanggung jawaban ketika masalah keluarga muncul.Contoh mudanya, anda tanya aja sama istri,bahwa anda akan marah bila bla-bla-bla bila istri sudah nerima  point-point anda tinggal anda ingat saja. Pokoknya segala bentuk style tindakan perbuatan sikap yang akan anda tunjukkan pada sang istri tanyakan saja langsung padanya "apakah dia akan nerima kesepatan anda itu atau tidak". Karena sang istri itu umumnya banyak nanya deh, apalagi bila kita memiliki sikap yang berbeda dari biasanya meskipun sikap itu untuk kebaikan. Pokoknya mungkin inilain yang dinamakan banyak ngatur-banyak nanya-perhatian-atau kecemburuan.
  3. Bila ter jadi pertengkaran baik itu kecil atau besar, anda sebagai suami harus sadar diri jangan sampai badan akal pikiran anda dikuasai emosi amarah. Biarlah sang istri mau seperti apa balasanya, mau seperti apa amarahnya. Yang penting suami harus bisa sadar diri sampai titik mana saya marah apakah sudah level paling atas atau bawah. Di sini anda jangan terlalu membuang-buang waktu untuk marah, bila masalah sudah anda ungkap, maka sebaiknya anda memberhentikan diri sendiri baik dengan cara langsung berwudlu atau kemesjid untuk merenung. Bilang saja langsung sama sang istri. Bahwa anda sudah sampai di sini menjelasakan masalahnya.

=